Horror adalah sebuah genre yang memiliki basis fansnya sendiri, tidak hanya di industri film tetapi juga industri game. Di masa lampau kesan ini hadir lewat kehadiran beragam karakter dan tokoh antagonis penuh aura mistis nan menyeramkan, atau sekedar makhluk kegelapan yang siap untuk mencabut nyawa Anda begitu saja. Terlepas dari atmosfer intens yang terasa kentara di sepanjang permainan, Anda sebagai gamer selalu memiliki opsi untuk memberikan sedikit perlawanan, dari menggunakan senjata api kelas berat atau sekedar perangkat untuk menjebak musuh dalam kurun waktu tertentu. Dianggap tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan para fans genre horror, industri game hadir dengan sebuah format gameplay baru yang jauh lebih menyeramkan.
Dipopulerkan oleh Amnesia: Dark Decent, genre horror video game menemukan bentuk baru nan mumpuni yang diyakini merupakan format terbaik untuk menyuntikkan sedikit rasa takut dan mungkin saja, mimpi buruk. Berbeda dengan game “survival-horror” yang membekali Anda dengan senjata dan perlengkapan untuk melawan balik, di genre horror sesungguhnya ini, Anda hanya menunggu waktu untuk mati. Satu-satunya cara untuk bertahan hidup hanyalah dengan berlari dan bersembunyi, ditemani dengan kegelapan dan kesunyian yang seolah tak pernah habis. Atmosfer inilah yang berusaha ditawarkan oleh game action terbaru dari Red Barrels – Outlast.Lantas apa yang sebenarnya ditawarkan oleh game yang satu ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai game horror yang mengerikan? Review ini akan mengupasnya lebih dalam.
Tak bisa nonton bola karena sinyal jelek,para pasien pun terpaksa menonton "semut pergi ke pasar." |
Apa yang membuat Anda selalu merasa nyaman ketika memainkan sebuah video game? Jawabanya tentu saja satu – ilusi bahwa Anda memegang kendali permainan secara penuh, terlepas dari seberapa sulit, menyeramkan, atau bahkan tidak masuk akalnya sebuah game. Anda yang mengendalikan, Anda yang menentukan, Anda juga bertanggung jawab penuh terhadap aksi dan konsekuensi yang mungkin terjadi. Lantas apa yang terjadi jika ilusi krusial yang satu ini dicabut begitu saja? Maka ada perasaan cemas dan ketidaknyamanan yang secara konsisten hadir, dimana semua elemen permainan menjadi variabel yang sulit untuk diprediksi, atau lebih parahnya lagi, tidak mungkin untuk ditaklukkan begitu saja. Di area inilah, Outlast memainkan pesonanya.
Pena adalah pedang bagi seorang jurnalis, namun sayangnya tidak akan berguna banyak ketika Anda terkurung bersama dengan puluhan orang gila yang tidak lagi memiliki pertimbangan moral, rasa bersalah, dan konsep benar-salah. Kebenaran tampaknya tidak lagi terlalu penting ketika Anda terjebak bersama ancaman yang terobsesi untuk mencabik-cabik tubuh Anda menjadi potongan kecil atau sekedar mendaratkan kepala Anda jauh ke seberang ruangan. Namun entah apa yang merasuki pikiran Upshur, karena yang ia pentingkan saat ini bukanlah belajar bagaimana cara yang tepat untuk menggunakan senjata api untuk bertahan hidup, namun mencari bukti kuat keterlibatan Murkoff Corporation dalam tragedi ini. Oleh karena itu, ia bertahan dengan hanya satu senjata – sebuah camcorder.
Fakta bahwa ia adalah seorang jurnalis yang tidak memiliki kemampuan fisik memesona atau kemampuan menguasai senjata api menjadi pondasi bagaimana Outlast secara konsisten memacu adrenalin Anda. Anda tidak bisa melawan balik ancaman yang hadir. Hanya ada dua opsi yang bisa Anda tempuh untuk menyelamatkan diri: bersembunyi dan berlari sekencang mungkin untuk mencari tempat yang lebih aman. Ancaman biasanya akan datang mengintai secara perlahan, namun tidak jarang pula muncul secara tiba-tiba dan menuntut Anda untuk terlibat dalam sebuah QTE sederhana dan melepaskan diri. Opsi terbaik sejauh ini? Setiap kali Anda mendengar atau melihat pergerakan apapun yang berada di depan mata, menjadi tindakan yang bijaksana untuk mengambil langkah seribu.
Sepertinya O.B rumah sakit lupa mengepel lantai |
Selain berlari, Anda juga bisa bersembunyi dalam locker atau di bagian bawah tempat tidur jika memang dimungkinkan. Namun dalam posisi dikejar, bersembunyi bukanlah opsi yang tepat mengingat mereka cukup cerdas untuk mengenali jejak Anda dan mencari tahu dimana tempat Anda bersembunyi. Melihat pergerakan musuh di balik tempat persembunyian, Anda harus mengandalkan perubahan musik dan detak jantung untuk mengetahui apakah sudah cukup aman untuk keluar dan kembali menjalankan misi utama Anda. Namun tentu saja tetap berusaha semaksimal mungkin untuk tidak menghasilkan suara yang dapat menarik perhatian.
Sebagai seorang jurnalis, camcorder menjadi perpanjangan tangan dan mata Upshur untuk lebih menguasai medan, dan tentu saja meninggikan probabilitas untuk bertahan hidup. Dengan menggunakan klik kanan, Anda bisa masuk ke dalam mode kamera, tidak hanya untuk merekam beberapa peristiwa penting, tetapi juga melakukan zoom in dan out untuk melihat potensi ancaman di depan mata. Alasan terkuat mengapa Anda harus memaksimalkan “senjata” ini? Karena camcorder merupakan satu-satunya mata Anda di dalam kegelapan. Menekan tombol “F” dan mengaktifkan mode infra merah, Anda bisa melihat lebih jelas di daerah tanpa penerangan sama sekali. Sayangnya, mode ini akan menghabiskan baterai Anda yang tentu saja krusial ketika Anda berada dalam situasi yang genting. Oleh karena itu, mengatur penggunaan baterai dan mengumpulkan sumber daya ini menjadi side mission yang tidak bisa dipandang sebelah mata.
Terinspirasi dari host Dunia lain? |
0 komentar:
Posting Komentar